Selasa, 10 Juni 2014

Kebudaya Betawi

Secara konseptual, kebudayaan Betawi mempunyai akar yang sangat kuat dari pengaruh agama, khususnya Islam.
Penyebaran agama Islam di Bandar Jakarta (Sunda Kelapa) dan Batavia cenderung lebih langsung. Saudagar / pedagang Arab dan Tionghoa muslim, datang ke Sunda Kelapa untuk berdagang sekaligus menyebarkan agama Islam. Selain itu, pada masa lalu, di daerah Batavia tidak mengakar secara kuat kebudayaan Hindu. Oleh karena interaksi agama (Islam) dengan penduduk lokal terjadi secara langsung, maka ritual-ritual yang terbentuk ke dalam konsep kebudayaan (Betawi) lebih original dan tidak tereduksi.
Secara zonasi budaya, masyarakat dan wilayah budaya Betawi dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar, yaitu
  1. Betawi Tengah
  2. Betawi Pinggir (yang dinamakan Betawi Udik dan Betawi Ora masuk ke dalam kelompok ini)
  3. Betawi Pesisir
Yang menjadi ciri khas dari Betawi Tengah adalah zonasi ini terjadi akulturasi budaya yang lebih kuat dibanding kedua zonasi lainnya. Pengaruh Arab (Timur Tengah) dan Tionghoa lebih banyak terjadi di zonasi ini, yang pada akhirnya mempengaruhi unsur-unsur budaya seperti kesenian. Bangunan rumah Betawi Tengah lebih natural lengkap dengan ornament dan symbol-simbol alam, seperti bunga dan daun.
Betawi Tengah juga daerah yang paling dominan berkembang, baik dari segi perekonomian, kesenian dan kebudayaannya. Daerah-daerah yang termasuk ke dalam zonasi budaya Betawi Tengah adalah yang berada di atau dekat dengan pusat kota Jakarta/Batavia, antara lain Kwitang, Senen, Setiabudi, Tanah Abang, Kota, Pecinann dan daerah lain di sekitarnya.
Betawi Pinggir sedikit berbeda dengan Betawi Tengah berdasarkan pengaruh budayanya. Betawi Pinggir banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa dan Sunda. Hal tersebut mempengaruhi kepada bahasa dan pengucapannya, dan kesenian. Betawi Pinggir lebih miskin budaya dibandingkan Betawi Tengah, karena minimnya proses akulturasi dengan kebudayaan luar.
Betawi Pesisir merupakan daerah yang paling minim perkembangan budaya. Betawi Pesisir banyak dikenal dari konsentrasi pekerjaan mereka pada bongkar muat barang. Dari segi budaya, kesenian dan bahasa, sangat sedikit yang dapat digolongkan suatu keanekaragaman budaya berasal asli dari Pesisir. Betawi Pesisir banyak memiliki persamaan dengan Betawi Pinggir, namun ada juga yang memiliki persamaan dengan Betawi Tengah. Hal itu tergantung kedekatan geografis.
Ondel Ondel

Orkes Gambang Hasil  Kesenian Peranakan Tionghoa di Jakarta

Wawancara dengan Phoa Kian Soe [Penulis naskah Film dokumenter Anak Naga Beranak Naga, Gambang Kromong: Akulturasi Budaya Tionghoa Betawi]
“Dan baboenja Tjio Kek bersembahjang: “Moehoen baba-besarnja si Bouw Tan tida mempoenjai isi-peroet…..”

Gambang ada satoe alat tetaboehan dari gamelan “Salendro” atawa “Pelog” jang  telah  ibawa masoek ka poelo Djawa, Madoera dan Bali oleh orang Hindoe jang  datang di sini sambil menjiarken agama Budha. Menoeroet riwajat Indonesia, bangsa Tionghoa sedari djeman Praboe Brawdijaja, Radja dari Madjapait, itoe masa kira-kira taon 1300 – soeda ada di sini. Karna saja bermaksoed boeat menoetoerken asal-oesoelnja “Orkest Gambang”, maka gamelan “Salendro” dan “Pelog” saja tinggalken, dan saja adjak pembatja aken mentjari taoe, kenapa “Gambang Orchestra” digemarin oleh Peranakan Tionghoa sedari djeman doeloe sampe sekarang. Boeat mendapetken keterangan sampe djelas betoel saja soeda poeteri Djakarta, bila ngan Tangerang dan Bekassi. Orang-orang jang soeda toea, jang telah mendenger poela ini dari ia orang poenja leloehoer lagi, ada toetoerken apa jang saja toelis di bawah. Sanget menggoembiraken hati saja, saja telah bias dapetken noot dari lagoe-lagoe, jang kebanyakan dari pemaen-pemaen orkest gambang djeman sekarang tida mengarti, terketjoeali marika jang paham hoeroef Tionghoa.

Alat Orkest Gambang.
Alat ini ada gambang, soekong, hosiang, thehian gihian, kongngahian, sambian, soeling, pan (ketjrek) dan ningnong. Ningnong tjoema ditaboeh boeat lagoe-lagoe Pobin dan Mas Nona. Lagoe-lagoe jang dimaenken ada: POBIN: Matodjin, Si Djin Kwi Hwee Ke, Lui Kong, Tjoe Te Pan, Tjhia Pe Pan, It Ki Kim, Tay Peng Wan, Pek Bouw Tan, Tjay Tjoe Sioe (oentoek menghormat orang shedjit), Kim Hoa Tjoen, Lioe Tiauw Kim, Sie Say Hwee Ke, Ban Kim Hoa, Pat Sian Kwe Hay, Po Pan Tauw, Lian Hoa The, Tjay Tjoe Teng, Say Ho Liu, Hong Tian, Tjoan Na, Kie Seng Tjo, Tjiang Koen Leng, Tio Kong In, Sam Pauw Hoa, Pek Houw Tian, Kim Soen Siang, Phay In (hormaketken kebesaran), Kong Dji Lok. Oentoek dimaenken oleh wajang Sin Pe. Lagoenja :  Tauw Tiat, Dji Tiat, Sam Tiat. – Tauw To, Dji To, Sam To, Si To, Gouw To, Lak To, Tjit To dan Pe To. Acteur dan actrice wajang Sin Pe terdiri dari anak-anak di bawah oemoer, tjerita jang dimaenken tjerita Tionghoa, oepamanya tjerita “Sie Djin Kwi Tjeng Tang”, dan bahasa jang digoenaken ada bahasa Tionghoa.

Lagoe-lagoe jang populair.
Lagoe-lagoe jang sanget populair di djeman doeloe adalah lagoe: Dempok, Temenggoeng, Menoelis, Eng ko si Baba, Indoeng-indoeng, Mas Nona, Djoengdjang Semarang, Bong Tjeng Kawin, Koelannoen Salah, Bangliau, Goenoeng Pajoeng, Petjah-piring dan Tandjoeng Boeroeng. Ini lagoe-lagoe boekannja oentoek mengibing, tapi oentoek mendapet taoe zanger atawa zangeres (Tjio Kek) poenja seni soeara. Pada pema en-pemaen gambang jang sekarang ada, saja perna minta marika maenken salah-satoe dari inilagoe-la goe. Tapi marika tida bias perdengerken lagoe-lagoe jang terseboet di atas ini. Saja kagoem, almarhoem toean Lim Tjio San alias Serang telah bikin noot lagoe-lagoe jang saja soeda toetoerken di atas. Tjoema sanget menjesel Lagoe “Dempok” tida ada nootnja. Moengkin toean Tio Tek Hong, jang perna opname ini lagoe boeat plaatgramophoon, masih ada sedia itoe.

Sedari kapan Peranakan Tionghoa maenken Orkest Gambang?
Seperti saja soeda toetoerken di atas, orang tida bisa mendapet keterangan dengen djelas. Tetapi menoe roet orang-orang toea jang saja tanja, jang denger itoe iaorang poenja leloehoer, ada tjeritaken sebagi mana di bawah ini:
Waktoe kapitein Nie Hoe Keng, jang di-interneer oleh G. G. Valckenier di Makassar, telah dimerdikaken oleh G. G. Baron Van Imhoff (1743), dengen dikepalai oleh satoe orang (boleh djadi toean Lim Beng jang ke moedian diangkat mendjadi kapitein), orang Tionghoa jang tinggal di dalem dan loear kota Djakarta telah bikin pesta. Boeat merameken itoe pesta marika membawa lima perangkat “Orkest Gambang”. Tiap-tiap lagoe jang dimaenken, diperdengerken dengen itoe lima perangkat “orkest gambang”. Dari itoe lima pe rangkat Gambang jang No. 1 (jang paling bagoes soeranja) dinamai “Si Matjan”, no. 2, 3, dan 4 orang te lah loepa namanja, sedeng jang no 5 dikasi nama “Si Koembang” dan sekarang ada djadi miliknja Gam bang Orchestra Vereeniging “Ngo Hong Lauw”. Menoeroet keterangan toean Nio Djit Seng, anggota bes tuur dari Ngo Hong Lauw, ia dapetken “Si Koembang” di Pasar Kemis Tangerang dari tangannja orang In donesia. Seabisnja pesta itoe lima perangkat “Orkest Gambang” diserahken pada kapitein Nie Hoe Keng. Kemoedian ini lima perangkat alat tetaboehan djato pada major titulair Nie Hok Tjoan, jang kaloe saja tida kliroe ada Boejoet dari kapitein Nie Hoe Keng.

Kenapa Peranakan Tionghoa di Djakarta tjiptaken orkest gambang?
Peranakan Tionghoa di Priangan, Djawa Tengah, dan Djawa Timoer lebih banjak bergaoel dengen orang-orang Indonesia jang soeka maenken gamelan “Salendro” dan “Pelog”. Lantaran terlaloe sering Peranakan Tionghoa di Priangan, Djawa Tengah dan Djawa Timoer denger lagoe-lagoe Soenda dan Djawa, perasahan hatinja ketarik oleh itoe lagoe-lagoe dan laloe maenken sendiri gamelan. Tida heran, lantaran itoe di Pri angan, Djawa Tengah dan Djawa Timoer sampe sekarang Peranakan Tionhoa soeka dengen kesenian Indo nesia (gamelan). Di Djakarta betoel ada orang-orang Indonesia maenken Gamelan Salendro dan Pelog, tapi tjara menaboehnja tida begitoe haloes terdengernja seperti orang-orang dari Priangan, Djawa Tengah dan Djawa Timoer. Dari sebab itoe, Peranakan Tionghoa di Djakarta terlebih senang mendenger Yang Khim jang dicombinatie dengen soekong, hosiang, thehian, kongngahian, sambian, soeling, pan dan ningnong. Yang Khim pada doea ratoes taon jang laloe, tida gampang didapetnja. Sebab kita penja bangsa jang da ting dari Tiongkok dengen memake praoe kebanjakan hanja bawa barang-barang jang bergoena dan har ganja terlebih mahal, dan Yang Khim jang diboetoehi oleh Peranakan Tionghoa marika tida bawa, sebab itoe alat muziek tida semoeanja orang boetoehi. Dari sebab itoe Peranakan Tionghoa tjoba-tjoba mengam bil gambang jang mendjadi alat dari gamelan jang biasa dimaenken oleh orang Indonesia, dan tjotjoki soe ranja itoe dengen alat-alat muziek jang biasa dimaenken oleh bangsa Tionghoa, seperti soekong, hosiang, thehian, kongngahian, sambian dan soeling. Dalem itoe gambang orang dapetken soeara seperti hoeroef-hoeroef Tionghoa jang diberikoetken dalem ini artikel dan moelai itoe waktoe orang maenken gambang se bagi penggantinja Yang Khim menoeroet Noot jang orang Hokkian tjiptaken di itoe djeman.

Zanger dan Zangeres (Tjio Kek)
Pemaen-pemaen “Orkest Gambang” haroes ada orang-orang jang mengenal hoeroef Tionghoa, kerna goe na maenken lagoe-lagoe Pobin, marika moesti menoeroet betoel pada noot. Tapi orang jang soeda banjak melatih bisa maenken lagoe-lagoe Pobin di loear kepala. Boeat menggoembiraken pendenger dan pemaen “Orkest Gambang”, orang tjari zanger jang loetjoe dan zangeres jang tjantik. Boeat mendapetken ini, tida begitoe gambang kalo tida mempoenjai oewang banjak. Jang koeat mempoenjai Tjio Kek (Zangeres) tjoe ma orang-orang jang mendjabat pangkat kapitein (Kaptoa), luitenant (Kapja) dan Sia-sia (anak-anak kapi tein atawa luitenant). Itoe Tjio Kek marika ambil dari gadis-gadis Indonesia jang tjantik, dibrikennja nama menoeroet namanja boenga-boenga di Tiongkok, jang haroem dan indah, seperti Bwee Hoa, Han Siauw, Bouw Tan dan laen-laen sebaginja.

Song Kang ada Toapekong dari Tjio Kek.
Bagi lelaki boekan sadja marika moesti mempoenjai tingkalakoe jang “loetjoe”, bisa menjanji, djoega moes ti mempoenjai kepandean maenken sala-satoe alat dari orkest gambang. Tida begitoe dengen orang-orang prampoean, asal sadja marika berparas tjantik lantas “baba-baba besar” dan “sia-sia” trima, maskipen ma rika moesti ongkosi segala-galanja, dan Tjio Kek prampoean jang soeda toea dibikin menjadi baboe oen toek merawat jang moeda, serta moesti briken peladjaran menjanji pada marika. Tempat mengadjar itoe Tjio Kek prampoean jang moeda dan baroe orang namai “Koan Wajang”. Ini koan ada mempoenjai Toa pekong. Sesoeatoe Tjio Kek baroe, meskipoen ada bangsa Indonesia, dimoestikenoleh baboenja boeat ber soedjoet pada itoe Toapekong pagi dan sore. Toapekong jang marika poedja adalah…..Song Kang! Tjio Kek prampoean bersembahjang pada Song Kang dengen pake samseng ajam, bebek dan kepiting. Di wak toe itoe samseng diatoer di atas medja, ajam dan bebek tidak memake darahnja, hatinja dan amplanja, be gitoe djoega kepiting diboeka terlebih doeloe diangkat isi-peroetnja. Sembahjangan boekan dilakoeken pa da The It dan Tjap Gouw seperti kita Thiam Hio pada Toapekong dan pada aboe-leloehoer, hanja pada The Djie dan Tjap Lak (Lebih djaoe saja djelasken, djika dalem satoe koan ada sepoeloeh Tjio Kek marika moes ti sediaken tigapoeloeh samseng, jaitoe sepoeloeh ajam, sepoeloeh bebek dan sepoeloeh kepiting). Di wak toe itoe Tjio Kek sembahjang, baboenja jang berdiri di sampingnja mengoetjap: soepaja baba besar si Bouw Tan poenja diri ada seperti itoe samseng jang dihidangken pada Toapekong. Ia soepaja tida mem poenjai isi-peroet, seperti djoega itoe kepiting jang soeda tida mempoenjai otak”. Menoeroet katanja salah-satoe Tjio Kek jang soeda toea betoel-betoel Song Kang menoeloeng pada marika jang soedjoet dengen soenggoe hati padanja – banjak baba kapitan sia loepa daratan, loepa anak-bini dan roemah tang ga! Tjio Kek jang beroentoeng (jang terkaboel maksoednja) tentoe dapet baba kapitan / sia jang lojar, marika dipakeken mas-inten seperti nona/njonja orang baek-baek. Meskipoen marika soeda ada mempoe njai baba kapitan / sia, sesoeatoe Tjio Kek moesti toeroet prentahnja kepada Kopan, dimana itoe Tjio Kek ada tinggal. Oempanja itu kepala Koan mendapet panggilan oentoek maenken gambangnja di salah-satoe roemah orang miskin jang koeat membajar, sedeng si Bouw Tan ada kepoenjahannja oepamanja, major, ia moesti pergi dan toeroet merameken djoega, dan pakean masintennja moesti dipake seantenronja se bagai tanda, bahoea ia ada Tjio Keknja orang hargawan dan pegang pangkat. Djoega baboenja moesti toe roet goena melajani ia. Adanja ini peratoeran membikin pergaoelan orang berpangkat dan hartawan de ngen orang jang koerang mampoe keliatannja erat sekali. Kenal atawa tida kenal, kaloe marika poenja Tjio Kek moesti maen di salah-satoe pesta mengawinken atawa orang shedjit, itoe baba-baba kapitan / sia moesti mengoendjoengi – kerna ia selempang, nanti ada orang jang brani “goelai” Tjio Keknja. Oemoemnja bangsa Tionghoa di djeman doeloe, merajaken hari kawin teroetama dalem boelan Siegwee dan Pegwee jang paling banjak, kerna marika anggep, dalem itoe doea boelan ada jang paling banjak hari-hari baek eoentoek orang menikah. Lantaran adanja itoe kepertjajahan, Tjio Kek-Tjio Kek boleh dibilang djadi sanget repot.

Roeman-roemah plesiran orang berpangkat / hartawan boekan dinamai soehian, tapi “Kebon” atawa “Empang”
Di djeman Oey Tamba Sia (1862) persaingan mempoenjai Tjio Kek eilok ada heibat sekali. Boekan sadja dalem hal taboer dengen perhiasan mas-inten marika poenja Tjio Kek jang berharga mahal, poen djoega dalem hal pakeken Tjio Kek badjoe “koeroeng” soetra merah dengen kantjing tangan inten, jang biasa dipake oleh nona / njonja hartawan Tionghoa. Tjoema bedanja Tjio Kek ada memake tauwtjang (koentjir) dari benang soetra merah, jang kemoedian dibikinken konde, sementara nona/njonja hartawan tida me make itoe matjem perhiasan. Boekan sadja persaingan memekaken Tjio Kek ada begitoe heibat, djoega roemah-roemah plesiran oentoek mendengerken “orkest gambang” orang bikin besar dan bagoes. Oey Tamba Sia bikin gedong di Antjol dengen nama “Bintang Mas” dengen dikoeliling oleh emang sepoeternja. Sajang ini gedong soeda roeboeh, tapi empang “Bintang Mas” sampe sekarang orang masih kenal. Majoor Tan dan luitenant Oey, jang mendjadi saingan dari Oey Tamba Sia, tida maoe kalah boeat bersaing. Di Kampoen Baroe, Djakarta, ada satoe perceel jang loeas, dimana ada berdiri satoe gedong besar. Orang sekarang namai itoe perceel “Kebon Majoor”. Di sitoelah adanja roemah plesir majoor Tan di djeman doe loe oentoek mendegeri iapoenja “Bouw Tan Hoa” menjanji dan pertoendjoeki actienja. Luitenant Oey tida maoe kalah dalem persaingan. Boeat mengasi liat pada oemoem, bahoea ia poen sampe hartawan, ia beli satoe tanah particulier tida brapa djaoe dari kota Djakarta, di atas tanah mana ia telah berdiriken satoe gedong besar, gedong mana ada ditinggali oleh Tjio Keknja jang bernama Kim Hoa. Boeat menjenangken hantinja Kim Hoa, luitenan Oey ada sediaken satoe kreta koets (kreta koeroeng) dengen ampat ekor koe da. Kaloe Kim Hoa keisengan serta baba kapitannja tida ada, ia boleh pake itoe kreta dengan ditarik oleh ampat ekor koeda dateng di kota Djakarta. Dari sebab Kim Hoa ada satoe gadis Indonesia jang terlahir dan mendjadi besar di satoe desa jang letaknja deket dengen kali Tjisedane, ia terkenal sebagi satoe an tara wanita-wanita Indonesia jang pande bernang. Boeat kasi liat kepandeannja, luitenant Oey tida sajang keloarken oewang banjak, satoe zwembad telah dibikin dari batoe jang dikasi dateng dari Tiongkok dan dikerdjaken oleh toekang-toekang bangsa Tionghoa.

Kromong, kempoel, gendang dan gong mendjadi alat dari “orkest gambang”.
Waktoe anak-anak dari Khouw Kap, Lie Kap, Souw Kap serta Tan Wangwee moelai djadi besar, marika mengarti, membikn roeman plesiran tjaranja Oey Tamba Sia, majoor Tan dan luitenant Oey boekan sedikit ongkosnja. Marika ada mempoenjai pikiran gotong-rojong dan laloe berdami, soepaja di kota, Pasar Baroe, Pasar Senen dan Tanah Abang berdiriken satoe “soehian” oentoe plesir serta mendenger gambang dan soearanja Tjio Kek. Plesiran itoe dilakoeken tiap-tiap hari Minggoe dan hari-hari besar dengen bergiliran. Bek Teng Tjoe, wijkmeester Tionghoa di Pasar Senen (sajang orang tida inget shehnja) telah kasi denger di soehiannja Tan Wangwe iapeonja kepandean maenken gambang dengen di-iring kromong, kempoel, gendang dan gong. Pertjobahan wijkmeester Teng Tjoe telah berhasil. Lagoe-lagoe gambang ditaboeh dengen tambahan alat terseboet di atas membikin tambah goembira Tjio Kek dan pendenger-pendenger nja. Dan moelai itoe waktoe lagoe-lagoe Soenda banjak dipake oleh orkest gambang. Djoega orang moelai brani pegang slendang boeat tjoba mengibing. Sedari itoe waktoe masjarakat Tionghoa kenal orkest gam bang kromong (+ 1880). Selaennja di waktoe orang pesta mengawinken atawa shedjit, gambang kromong nja Bek Teng Tjoe poen dipanggil boeat merajaken Taon Baroe Tionghoa sampe Tjap Go Meh, sebab dari orang hartawan sampe para orang miskin, kaloe marika tida panggil gambang kromongnja Bek Teng Tjoe, marika tida merasa telah samboet harian Taon Baroe dan telah merajaken pesta Goan Siauw..Selagi nama nja Bek Teng Tjoe begitoe kesohor, Bek Nam Ho dari Tanah Tinggi telah kasi denger iapoenja kepandean taboeh mangkok sajoer boeatan Tiongkok, jang dikasi aer di dalemnja boeat diakoeri soeranja pada Soe kong dan Kongngahian. Bek Nam Ho peonja pendapetan poen dapet samboetan anget dari bebrapa baba sia jang soeka plesir dengen gambang, tjoema gambang mangkok tida bisa dimaenken di moeka oemoem, sebab terlaloe soesah oentoek menjetemnja, dan djarang ada orang yang mempoenjai koeping begitoe te rang seperti Bek Nam Ho. Bek Tjoe Kong Koen dari Kampoeng Kwitang, meliat colleganja mendapet nama begitoe tinggi dalem kesenian gambang, laloe beli piano. Ini piano ia goenaken boeat beladjar sampe baek. Sesoedanja bisa maenken piano, ia tjoba akoerin soearanja dengen gambang, dari mana laloe tertjipta gambang-piano. Seperti djoega gambang kromong jang ditjiptaken oleh Bek Teng Tjoe, gambang piano nja Bek Tjoe Kong Koen sanget populair dalem kota Djakarta (+ 1900)

Lantaran terlaloe banjak soehian, kesenian gambang moendoer.
Bertambah banjaknja soehian dalem kota Djakarta membikin orang takoet peladjarken permaenan gam bang. Njonja-njonja roemah jang sopan tida kasi anak-anaknja toeroet maen gambang, kerna di djeman blakangan pemoeda-pemoeda jang bisa maen gambang mendjadi “setan soehian” dengen kebanjakan mempoenjai tabeat taoe-taoe maloe. Toekang-toekang gambang liar sangat terpake oleh pendiri-pendiri soehian, boekan sadja kerna marika bisa maenken lagoe-lagoe “Gelatik ngoengoek” dan “Onde-onde” jang sangat digemarken oleh pemoeda-pemoeda jang soeka mabok-mabokan di soehian, hanja djoega sebab marika bisa membawa prampoean-prampoean tjantik dari kampoeng dan desanja. Moelai itoe waktoe orang tida kenal lagi Koan Wajang, sebab itoe Tjio Kek-Tjio Kek boekan speciaal ditjari oleh “baba-baba”, tapi marika dateng sendiri boeat….mentjari oentoeng. toapekong Song Kang, Tjio Kek-Tjio Kek blakangan tida kenal sama sekali.

Ngo Hong Lauw diberdiriken.
Dalem taon 1913 toean-toean Boe Gie Hong, Tan Tjoen Hong alias Endong, Lim Tjio San alias Serang, Tan Jan Tji serta bebrapa orang lagi, semoeanja achli pemaen gambang setjara doeloe, dateng pada toean Khoe Siauw Eng, jang di itoe waktoe ada mendjadi secretaris dari Chineesche Raad (Kongkoan). Marika menerangken, lantaran adanja toeakng-toekang gambang liar, kesenian Peranakan Tionghoa aseli, jaitoe permaenan gambang dengan noot, soeda ampir mati. Kerna toekang-toekang gambang itoe telah meroe sak lagoe-lagoe dengen maenken itoe setjara sembarangan oentoek orang-orang moeda mengibing sambil mabok-mabokan jang merendahken deradjat. Tentoe sadja hal ini membikin orang jang tida mengarti kese nian gambang, jang sebetoelnja sanget haloes dan tinggi, djadi anggep, semoea orang jang soeka maen gambang ada orang-orang jang moraalnja rendah. Toean Khoe Siauw Eng memang mengarti kesenian gambang dan ia njataken soeka trima diangkat mendjadi ketoea dari perkoempoelan Ngo Hong Lauw, jang itoe waktoe clubgebouwnja berada di Gang Torong. Oleh kerna toean Khoe Siauw Eng sanget populair dalem masjarakat Tionghoa, dalem sedikit waktoe sadja Ngo Hong Lauw soeda mempoenjai anggota boe kan sedikit. Dari sebab clubgebouwnja di Gang Torong ada terlaloe ketjil, toean Khoe telah menjewa satoe gedong di Gang Boeroeng. Di sini saban hari Minggoe atawa hari besar, orang bisa liat orang-orang ber pangkat, hartawan dan orang orang dagang bangsa Tionghoa berkoempoel boeat mendengerken lagoe-lagoe doeloe dari gambang kromong. Maskipoen Ngo Hong Lauw ada mempoenjai anggota banjak, boeat ongkos hidoep itoe pemaen-pemaen gambang, marik di-idjinken trima panggilan dari publiek Tionghoa jang hendak bikin pesta mengawinken atawa shedjit. Waktoe toean Khoe Siauw Eng meninggal doenia, tida ada satoe offcier Tionghoa jang soeka gantiken djabatannja di Ngo Hong Lauw, lantaran mana tenaga keoewangan perkoempoelan ini semingin serat. Menoeroet keterangan toean Nio Djit Seng, pemimpin seka rang dari Ngo Houw Lauw, dalem djeman pendoedoekan Djepang Ngo Hong Lauw telah dapetken crisis be sar. Beroentoeng dengen ketegoehan hatinja toean-toean Tan Liauw Lioe dan Nio Djit Seng, Ngo Hong Lauw masiah bisa kasi denger pada oemoem kesenian Peranakan Tionghoa dari ratoesan taon blakangan ini. Kedoea toean-toean itoe sanget menjesel, Peranakan Tionghoa jang mengarti hoeroef Tionghoa tida hargai kesenian ini, jang kalangannja sekarang amat terwates, jaitoe kota Djakarta, sepoeternja Tangeran dan sepoeternja Bekasi. Kaloe di Semarang ada djoega Gambang Semarang, itoe asalnja tjangkokan dari orang-orang Djakarta. Apa jang di Djakarta dinamaken “Lagoe Kramat Karem” di Semarang diseboet “la goe Eng-ong (Iseng-iseng)”. Seperti di Tiongkok poenja lagoe “Soemia” kita di Djakarta namaken “Lagoe Dajoen Sampan”!

Pribahasa Kate

Pribahasa  dalam bahasa Betawi dikenal dengan istilah pribase kate. Pribase kate sering digunakan untuk memberikan nasihat atau peringatan terhadap seseorang supaya orang tersebut tidak melakukan perbuatan yang melenceng dari norma dan nilai-nilai yang dianggap baik dalam masyarakat Betawi.
Pribase kate merupakan media yang sangat baik dalam mengajarkan nilai. Pribase kate sering digunakan dalam teater sehingga orang yang ingin diajarkan dapat mengambil hikmah dan tetap merasa terhibur tanpa merasa digurui.
Masyarakat Betawi menanamkan ajaran kearifan dimulai sedini mungkin sejak masa kanak-kanak dan remaja. Adapun pribase kate yang sering digunakan beserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya adalah sebagai berikut:

1.  Nilai-nilai untuk pantang menyerah dengan bekerja serius, bersungguh- sungguh, dan sabar untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginan/cita-cita dari orang tersebut

Kepala jadi kaki kaki jadi kepala. 
Berjuang sungguh-sungguh demi mencapai apa yang dicita-citakan.
Pengemis Naek ranjang
Ungkapan yang mengingatkan bahwa orang yang miskin sekalipun dapat menjadi kaya. Nilai yang terkandung: memberikan semangat kepada kaula muda untuk terus berusaha tak mengenal lelah.
Kagak Bakal Lari di Uber
Seseorang tidak perlu terburu-buru dalam melakukan sesuatu karena apabila hal tersebut adalah rizkinya maka akan didapatinya. Nilai yang terkandung: Tak perlu tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu, namun tidak kenal lelah dalam mengerjakan pekerjaannya.

2. Nilai-nilai kerendahan hati

Buta baru melek
Menggambarkan orang yang sebelumnya miskin. lalu tiba-tiba kaya raya dan lupa diri karena kayanya itu. Nilai yang terkandung: Seseorang harus selalu rendah hati dan tidak sombong
Ikan gabus jangan dipanggang
Ikan gabus yang dipanggan rasanya tidak enak karena banyak sisiknya. Begitu juga dengan orang sombong akan membuat kawan merasa tidak senang berada di dekatnya. Digunakan dalam konteks hubungan antar manusia. Nilai yang terkandung: Dalam hidup jangan bersikap sombong.
Aer Laut Siape yang asinin
Ungkapan yang menggambarkan seseorang yang senang menyombongkan diri sendiri dan sering termakan pujian.  Nilai yang terkandung: harus selalu rendah diri karena manusia hanyalah hamba Tuhan.
Masang Gigi Jual celana
Merupakan nasihat kepada orang yang hendak memperbaiki diri dalam masyarakat namun malah mempermalukan dirinya sendiri. Nilai yang terkandung: seseorang harus mempersiapkan akhlak dan mentalnya terlebih dahulu dengan mawas diri dan apabila mentalnya telah siap maka barulah ia melangkah berbuat amal kebaikan.

3.  Nilai-nilai untuk berfikir secara mendalam serta melakukan perencanaan yang baik dan jauh kedepan dalam mengelola sumber penghasilannya/aspek ekonomi/keuangannya

Siang dibikin malem, malem dibikin siang
Menggambarkan kehidupan orang yang suka begadang, tidak tidur semalam suntuk, untuk sesuatu yang tidak ada gunanya. Nilai yang terkandung: seseorang harus mampu melakukan pengaturan waktu dengan baik.
Bagai Orang Menggoyang Batang Lontar
Ungkapan yang melukiskan pandangan orang yang melakukan kegiatan namun tidak mendatangkan penghasilan. Nilai yang terkandung: supaya manusia melakukan sesuatu yang bermanfaat.


Ikan Teri Nyebrangin Lautan
Ungkapan yang menggambarkan seseorang yang melakukan pekerjaan berat tanpa memperhitungkan kemampuannya. Nilai yang terkandung: Seseorang harus mengukur kemampuan sebelum melakukan pekerjaan
Mancing Teri Pakai Kakap
Sindiran kepada orang yang mengeluarkan modal yang besar namun keuntungan yang didapatkannya kecil. Merupakan ungkapan yang dipakai dalam konteks yang dilakukan seseorang dalam menyambung hidupnya. Nilai yang terkandung: Dalam melakukan usaha harus dipikirkan secara matang sehingga diperoleh untung yang besar melalui usaha yang kecil

4.  Nilai-nilai menjaga lingkungan dan tidak merusak alam

Kencing numpang-numpang, puhunan ade penunggunye
Anjuran untuk tidak membuang hajat sembarangan.
Kebo Pulang ke Kandangnye
Merupakan ungkapan mengenai orang yang selalu ingin kembali ke kampung halaman/tanah airnya. Nilai yang terkandung: Nasihat untuk selalu ingat akan kampung halaman dan tanah air.
5.  Nilai-nilai sopan santun
Perawan duduk di pintu, jau jodo
Anjuran kepada anak gadis agar berperilaku sopan. Dengan tidak duduk di sembarang tempat.
Tempayan Maranin Gayung
merupakan ungkapan yang menggambarkan seorang wanita yang mendatangi/ mengejar lelaki. Hal tersebut adalah tidak wajar. Digunakan dalam konteks hubungan laki-laki dan perempuan. Nilai yang terkandung: seorang wanita harus bisa menjaga kehormatannya. Tempayan maranin gunung juga bisa berarti orang tua mendatangi anak, yang merupakan tidak pantas. Nilai yang terkandung: seharusnya seorang anaklah yang mendatangi orang tua.
Tua-tua Daun Bacang Makin Tua Makin Garing
Merupakan sindiran kepada seseorang yang sudah tua namun prilakunya masih seperti anak muda. Seperti melirik dan menggoda wanita. Nilai yang terkandung: seseorang harus semakin bijaksana seiring bertambahnya usia.

6.  Nilai-nilai dalam menjaga hubungan baik antara orang tua dan anak

Kacang Kagak Bakal Buang Lanjaran
Kacang adalah sayuran yang lemah batangnya sehingga tidak dapat dipisahkan dengan kayu junjungan yang menyanggahnya. Digunakan dalam konteks hubungan anak dengan orang tuanya. Nilai yang terkandung: Tingkah laku seseorang akan sama dengan orang tuanya.
Sayang Orang Tua Sepanjang Jalan, Sayang Anak Sepanjang Gale
Ungkapan yang menggambarkan besarnya kasih sayang orang tua kepada anak tidak dapat diimbangi kasih sayang anak kepada orang tuanya. Nilai yang terkandung: seorang anak harus menghormati orang tuanya dengan melihat besarnya kasih sayang orang tua kepada anak tersebut.

Upacara Pernikahan

Tradisi Betawi mengenai cara pernikahan untuk sampai pada tahap berumah tangga dilakukan melalui beberpa tahapan. Tahap-tahap itu pada saat ini sudah jarang atau tidak lagi  dilakukan karena  berbahagi halangan. Namun setiap tahapan dari prosesi pernikahan tersebut memiliki nilai-nilai yang luhur.
Adapun tahapan-tahapan tersebut diurut dan diuraikan seperti berikut:
  1. Ngedelengin
  2. Ngelamar
  3. Bawa Tande Putus
  4. Piare Calon None Penganten
  5. Aqad Nikah: Acare Membuka Palang Pintu.
  6. Acare Pesta Kebesaran
  7. Malam Negor
  8. Pulang Tige Ari dan Acare Lakse Penganten
 

0 komentar:

Posting Komentar